Nama / NPM : Elisa Christoferry Nazara / 32413862
1. Falsafah Ilmu Pengetahuan
1.1 Pengertian Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang
sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah
pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar
mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu
sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara
mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan.
Pengertian filsafat menurut
para tokoh :
1. Pengertian
filsafat menurut Harun
Nasution filsafat adalah berfikir menurut tata
tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan
sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.
2. Menurut Plato ( 427-347 SM)
filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada.
3. Aristoteles (384-322 SM) yang
merupakan murid Plato menyatakan filsafat menyelidiki sebab dan asas segala
benda.
4. Marcus Tullius Cicero (106
– 43 SM) mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu
yang maha agung dan usaha untuk mencapainya.
5. Al Farabi (wafat 950 M)
filsuf muslim terbesar sebelum Ibn Sina menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan
tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang
sebenarnya.
Ciri-ciri berfikir filosofi :
1. Berfikir
dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
2. Berfikir
secara sistematis.
3. Menyusun
suatu skema konsepsi, dan
4. Menyeluruh.
Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah
:
1. Sebagai
dasar dalam bertindak.
2. Sebagai
dasar dalam mengambil keputusan.
3. Untuk
mengurangi salah paham dan konflik.
4. Untuk
bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan adalah
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini
dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan, tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik
diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir
lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Contoh:
Contoh:
a. Ilmu
Alam hanya
bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani
(materiil saja). Ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak
matahari.
b. Ilmu
psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika
lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang
konkret. Ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.
1.2 Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Dalam
sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu
pengetahuan. Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari
filsafat. Meskipun demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki
hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama
pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai obyek
material dan formal.
· Yang
membedakan diantara keduanya adalah: filsafat mempelajari seluruh
realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau
bidang tertentu.
· Filsafat
adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai
induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu
pengetahuan itu itu dapat hidup dan berkembang.
· Filsafat
membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan
ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap
langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan
dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang
obyektif (dapat dimengerti secara intersuyektif).
1.3 Kelahiran Ilmu Pengetahuan Modern
Pada mulanya manusia percaya mitos yang sekarang dinilai
sebagai pengetahuan semu. Karena mitos tidak pernah memuaskan maka dicarilah
pengetahuan sesungguhnya. Objek utama yang dipikirkan manusia adalah alam
sehingga lahirlah pengetahuan alam. Untuk menemukan ilmu pengetahuan, harus
digunakan perpaduan antara rasionalisme dan empirisme, yang dikenal sebagai
metode keilmuan atau pendekatan ilmiah. Pengetahuan yang
disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau metode keilmuan, diperoleh melalui
kegiatan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ini dilaksanakan secara
sistematik dan terkontrol berdasarkan atas data-data empiris. Kesimpulan dari
penelitian ini dapat menghasilkan suatu teori. Teori ini masih dapat
menghasilkan suatu teori dan masih dapat diuji konsistensi serta kemantapannya.
Metode keilmuan itu bersifat objektif, bebas dari keyakinan perasaan dan
prasangka pribadi serta bersifat terbuka. Ada beberapa metode keilmuan, yaitu:
1. Penalaran
Deduktif (Rasionalisme)
Dalam menyusun pengetahuan kaum rasionalis menggunakan
penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari
pernyataan yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Dalam pemikiran ini, manusia sudah memisahkan dirinya sehingga memandang alam
dengan jarak terhadap dirinya. Manusia sebagai subjek menempatkan dirinya di
luar alam yang dijadikan objek.
2. Penalaran
Induktif (Empirisme)
Penganut empirisme menyusun pengetahuan dengan menggunakan
penalaran induktif. Penalaran induktif adalah cara berfikir dengan menarik
kesimpulan umum. Menurut paham empirisme ini, gejala alam itu bersifat konkret
dan dapat ditangkap dengan panca indra manusia. Dengan pertolongan panca
indranya, manusia berhasil menghimpun sangat banyak pengetahuan. Himpunan
pengetahuan ini dapat disebut ilmu pengetahuan yang disusun secara teratur dan
dicari hubungan sebab akibatnya.
Kapan ilmu pengetahuan
lahir ? secara waktu mungkin sulit untuk ditetapkan tetapi yang jelas sesuatu
dinyatakan pengetahuan adalah apabila pendekatan kebenaran tertumpu pada
rasionalisme and empirisme. Pengetahuan sudah ada dari zaman purba, inilah perkembangan
pengetahuan dari masa ke masa :
1. Zaman
Purba
Dari peninggalan-peninggalan yang ditemukan, yang berupa
alat-alat dari batu dan tulang, sisa-sisa dari berbagai tanaman dan gambar
dalam gua-gua dapat dianalisis pengetahuan yang telah dimiliki manusia purba.
Pada zaman ini pengetahuan diperoleh berdasarkan:
a. Kemampuan
mengamati
b. Kemampuan
membeda-bedakan
c. Kemampuan
memilih
d. Kemampuan
melakukan percobaan tanpa disengaja “trial and error”
Dalam perkembangannya
manusia purba juga dapat memperoleh pengetahuan atau kemampuan sebagai berikut:
a. Pengetahuan
yang berdasarkan pengalaman
b. Kemampuan
melakukan abstraksi berdasarkan kesamaan atau keteraturan
c. Kemampuan
menulis dan berhitung, dan menyusun kalender, yang semuanya berdasarkan proses
sintesis terhadap hasil abstraksi yang dilakukan.
d. Kemampuan
menemukan abjad dan sistem bilangan alamiah berbagai jenis siklus, yang
semuanya berdasarkan proses abstraksi.
e. Kemampuan
meramal berdasarkan peristiwa fisis, misalnya ramalan terjadinya gerhana.
2. Zaman
Yunani
Masa 600 tahun sebelum masehi sampai kurang lebih 200 tahun
sebelum masehi biasanya disebut zaman Yunani. Dalam bidang pengetahuan yang
berdasarkan sikap dan pemikiran yang sekadar menerima apa adanya, terjadi
perubahan besar, dan perubahan ini dianggap sebagai dasar ilmu pengetahuan
modern. Mereka memiliki ”inquiry atitude” dan ”inquiry mind” orang pertama
yang mempertanyakan dasar dari alam dan isi alam ini adalah Thales (624-548
SM). Pemikiran Thales dalam rangka membahas perkembangan ilmu pengetahuan ”Yang
penting bukan jawaban yang diberikan, tetapi diajukannya pertanyaan tersebut”.
Karena dari pertanyaan akan menimbulkan atau menyebabkan pemeriksaan dan
penelitian yang terus menerus. Jadi, pertanyaan merupakan suatu motor yang
tetap mendorong pemikiran dan penyelidikan. Archimedes (287-212 SM). Archimedes
mempelajari matematika, fisika dan mekanika serta menerapkan sebagian penemuannya
pada usaha membuat alat-alat. Perhitungan dan penemuan hukum Archimedes dimulai
dengan pengalaman, dan kemudian diidealisasikan dalam alam pemikiran (analisis
teoritis), akhirnya dibuktikan dengan percobaan. Dengan demikian, sebenarnya
Archimedes sudah menemukan ilmu pengetahuan modern. Disamping Thales dan
Archimedes terdapat banyak tokoh filsafat Yunani yang besar sekali
sumbangannya pada perkembangan ilmu pengetahuan diantaranya adalah Phytagoras,
Plato dan Aristoteles
3. Zaman
Modern
Pada permulaan abad ke-14, di Eropa dimulai perkembangan
ilmu pengatahuan. Sejak zaman itu sampai sekarang Eropa menjadi pusat kemajuan
ilmu pengetahuan dan umat manusia pada umumnya. Permulaan perkembangannya
dicetuskan oleh Roger Bacon (1214-1294) yang menganjurkan agar pengalaman
manusia sendiri dijadikan sumber pengetahuan dan penelitian. Copernicus,
Tycho Broche, Keppler, dan Galileo merupakan pelopor dalam mengembangkan
pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman tersebut. Mereka menciptakan
prinsip Heliosentrisme. Perkembangan ilmu pengetahuan menjadi sangat mantap dan
pesat setelah ditulisnya buku yang berjudul Novum Organum oleh Francis Bacon
(1560-1626) yang mengutarakan tentang landasan empiris dalam mengembangkan
pengetahuan dan penegasan ilmu pengetahuan dengan menguraikan metodenya.
Setelah adanya karya F. Bacon tersebut, muncullah tokoh-tokoh yang peranannya
sangat menentukan dalam berkembangnya ilmu pengetahuan.
2. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan
2.1 Pengertian Penelitian Ilmiah
Secara etimologi penelitian berarti "mencari
kembali" yaitu mencari fakta-fakta baru yang kemudian dikembangkan
menjadi sebuah teori untuk memperdalam dan memperluas ilmu tertentu. Setiap
ilmuwan baik eksakta maupun sosial dalam melakukan penelitian harus didasari
dengan adanya rasa keingintahuan. Rasa ingin tahu itu dapat
menimbulkan keinginan mereka dalam melakukan penelitian untuk memperdalam dan
memperluas ilmu yang ditekuni.
Beberapa pengertian
tentang konsep penelitian secara teoritis menurut para ahli, antara lain
sebagai berikut:
1.
Soerjono
Soekanto. Penelitian merupakan suatu kegiatan
ilmiah yang didasarkan pada analisis dan konstruksi yang dilakukan
secara sistematis, metodologis dan konsisten dan bertujuan
untuk mengungkapkan kebenaran sebagai salah satu manifestasi keinginan
manusia untuk mengetahui apa yang sedang dihadapinya.
2.
Soetrisno
Hadi. Menurutnya, penelitian ialah usaha dalam
menemukan segala sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekurangan yang ada,
menggali lebih dalam apa yang telah ada, mengembangkan
dan memperluas, serta menguji kebenaran dari apa yang telah ada
namun kebenarannya masih diragukan.
3.
Donald
Ary. Penelitian merupakan penerapan dari pendekatan
ilmiah pada suatu pengkajian masalah dalam memperoleh informasi yang
berguna dan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.
4.
Hill
Way. Diungkapkan dalam bukunya Introduction to
Research yang mendefinisikan bahwa penelitian merupakan metode studi
yang sifatnya mendalam dan penuh kehati-hatian dari segala bentuk fakta yang
bisa dipercaya atas suatu masalah tertentu guna untuk membuat pemecahan masalah
tersebut.
2.2 Hubungan Penelitian dengan Ilmu Pengetahuan
Hubungan Ilmu dan penelitian. Ilmu dan penelitian mempunyai
hubungan yang sangat erat. Menurut Almack (1930),
hubungan ilmu dan penelitian adalah seperti hasil dan proses. Penelitian adalah
proses sedangkan hasilnya adalah ilmu. Akan tetapi, Whitney (1960), berpendapat bahwa
ilmu dan penelitian adalah sama-sama proses, sehingga ilmu dan penelitian
adalah proses yang sama. Hasil dari proses tersebut adalah kebenaran (truth).
Hubungan berfikir, penelitian dan ilmu juga sama. Berfikir,
seperti halnya ilmu, juga merupakan proses mencari kebenaran. Proses berfikir
adalah refleksi yang hati-hati dan teratur. Perlu juga disinggung bahwa
kebenaran yang diperoleh melalui penelitian terhadap fenomena yang fana adalah
suatu kebenaran yang telah ditemukan melalui proses ilmiah, karena penemuan
tersebut dilakukan secara ilmiah. Sebaliknya, banyak juga kebenaran terhadap
fenomena yang fana diterima tidak melalui proses penelitian. Suatu kebenaran
ilmiah dapat diterima dikarenakan tiga hal, yaitu :
1. Adanya Koheren yaitu
suatu pertanyaan dianggap benar jika pernyataan tersebut koheren atau konsisten
dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya, suatu pernyataan
bahwa si Badu akan mati dapat dipercaya, karena pernyataan tersebut koheren
dengan pernyataan bahwa semua orang akan mati.
2. Adanya Koresponden yaitu
suatu pernyataan dianggap benar, jika materi pengetahuan yang terkandung dalam
pernyataan tersebut berhubungan atau mempunyai korespondensi dengan objek yang
dituju oleh pernyataan tersebut. Misalnya, pernyataan bahwa ibu kota Propinsi
Daerah Istimewa Aceh adalah Banda Aceh adalah benar karena pernyataan tersebut
mempunyai korespondensi dengan lokasi atau faktualitas bahwa Banda Aceh memang
ibu kotaPropinsi Aceh.
3. Pragmatis yaitu
suatu pernyataan dipercayai benar karena pernyataan tersebut mempunyai sifat
fungsional dalam kehidupan praktis. Suatu pernyataan atau suatu kesimpulan
dianggap benar jika mempunyai sifat pragmatis dalam kehidupan sehari-hari.
Teori kebenaran tentang sifat pragmatis ini dikembangkan oleh Ch.s.Pierce (1839-1914).
Misalnya, secara pragmatis orang percaya kepada agama, karena agama bersifat
fungsional dalam memberikan pegangan dan aturan hidup pada manusia.
2.3 Langkah-langkah Penelitian Ilmiah
Umumnya
suatu penelitian dapat diperinci dalam delapan tahapan yang satu sama lain
saling bergantung dan berhubungan, dengan kata lain masing-masing tahap itu
saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tahap-tahap yang lain. Kesadaran
terhadap keadaan ini membuat seorang peneliti lebih bijaksana dalam mengambil
keputusan pada tahap penelitian. Adapun tujuh tahap itu sebagai berikut:
a.
Perencanaan.
Perencanaan meliputi penentuan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu penelitian
dan merancanakan strategi umum untuk memperoleh dan menganalisa data bagi
penelitian itu. Hal ini harus dimulai dengan memberikan perhatian khusus
terhadap konsep dan hipotesis yang akan mengarahkan peneliti yang bersangkutan
dan penelaahan kembali terhadap literatur yang termasuk penelitian yang pernah
dilakukan orang sebelumnya yang berhubungan dengan judul dan masalah penelitian
yang bersangkutan. Tahap ini merupakan tahap penyusunan “term of reference” (TOR).
b. Pengkajian
secara teliti terhadap rencana penelitian.
Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap perencanaan. Di sini disajikan lagi
latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian, hipotesis serta
metode atau prosedur analisis dan pengumpulan data. Tahap ini meliputi pula
penentuan macam data yang diperlukan untuk mencapah tujuan pokok penelitian.
Tahap ini merupakan tahap penyusunan usulan proyek penelitian.
c. Pengambilan
contoh (sampling).
Ini adalah proses pemilihan sejumlah unsur / bagian tertentu dari suatu
populasi guna mewakili populasi itu. Dalam tahap ini penliti harus secara
teliti membuat definisi dan rumuasan mengenai populasi yang akan dikaji.
Rencana pengambilan contoh itu terdiri dari prosedur pemilihan unsur-unsur
populasi dan prosedur menjadikan atau mengubah data dari hasil sampel untuk
memperkirakan sifat-sifat seluruh populasi. Tantangan yang harus dihadapi dalam
penyusunan rencana pengambilan contoh ini adalah bagaimana kita dapat mengikuti
sedemikian rupa prosedur yang kita miliki dengan keadaan setempat dan dengan
sumber daya tersedia sementara tatap mempertahankan kebaikan dan keuntungan
sari sample survey.
d. Penyusunan
daftar pertanyaan.
Ini merupakan proses penterjemahan tujuantujuan studi ke dalam bentuk
pertanyaan untuk mendapatakan jawaban yang berupa informasi yang dibutuhkan.
Sebenarnya ini merupakan prose coba-coba (trial and error) yang membutuhkan
waktu yang cukup lama. Hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah dan macam
pertanyaan serta urutan dari masing-masing pertanyaan. Tidak ketinggalan pula
adalah upaya bagaimana agar orang-orang yang diwawancarai (responden) dengan
senang hati mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan tetap senang
dalam memberikan jawaban-jawaban.
e. Kerja
lapangan.
Tahap ini meliputi pemilihan dan latihan para pewawancara, bimbingan dalam
wawancara serta pelaksanaan. Ini dapat meliputi pula berbagai tugas yang
berhubungan dengan pemilihan lokasi sampel dan pretesting daftar pertanyaan.
Kerja lapangan ini tidak akan diperlukan bila kita menggunakan cara wawancara
lewat telepon atau surat.
f. Editing dan
coding.
Coding adalah proses memindahkan jawaban yang tertera dalam daftar pertanyaan
ke dalam berbagai kelompok jawaban yang dapat sesederhana mungkin. Editing juga
meneliti lagi daftar pertanyaan yang telah diisi apakah yang ditulis di situ
benar atau sudah sesuai dengan yang dimaksud.
g. Analisis dan
laporan.
Ini meliputi berbagai tugas yang saling berhubungan dan terpenting dalam suatu
proses penelitian yang tidak dilaporkan atau dilaporkan tetapi dengan cara yang
kurang baik tidak akan ada gunanya. Tugas yang dikerjakan pada tahap ini ialah
penyajian tabel-tabel dalam bentuk frekuensi distribusi, tabulasi silang atau
dapat pula berupa daftar yang memerlukan metode statistic yang kompleks
kemudian interprestasi penemuan-penemuan itu atas dasar teori yang telah kita
ketahui.
h. Kesimpulan
Kesimpulan
merupakan penarikan generalisasi dari hasil intepretasi temuan penelitian.
Meskipun merupakan penarikan kualitatif tidak bersifat generalisasi, tetapi
unsur generalisasi ini tetap ada, yaitu menemukan hal-hal yang esensial atau
prinsipil dari suatu deskripsi. Terhadap kesimpulan-kesimpulan yang telah
dirumuskan, disusunlah implikasi dan rekomendasi atau saran. Implikasi
merupakan akibat logis dari temuan-temuan penelitian yang terkandung dalam
kesimpulan. Rekomendasi merupakan hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh
pihak-pihak terkait dalam memanfaatkan hasil-hasil penelitian.
Setelah dijabarkan tahap-tahap dalam melakukan penelitian diatas, kita dapat
menerapkan tahap-tahap tersebut dalam sebuah penelitian. Meskipun dalam
literatur-literatur terdapat beberapa perbedaan namun secara garis besar
tahapan yang dapat kita lakukan tidak akan banyak berpengaruh dalam penelitian
karena tujuannya adalah menarik kesimpulan. Tahap-tahap yang dijabarkan
tersebut dapat dikatakan tidak baku. Setalah dilakukan penelitian kita dapat
memberikan rekomendasi atau saran-saran yang sesuai dengan kesimpulan yang
ditarik.
Meskipun kita dapat memahami tahapan langkah penelitian seperti yang dijabarkan
diatas tetapi dalam kenyataannya tidak mudah untuk melakukan penelitian yang
demikian itu. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal baik dari pihak luar
peneliti ataupun dari dalam diri pihak peneliti sendiri, seperti adanya
perilaku peneliti yang seringkali melibatkan perasaan, emosi, tingkah laku dan
persepsi sehingga unsur obyektivitas dalam meneliti terganggu. Dalam melakukan
penelitian kita diharapakan dapat menarik kesimpulan sesuai dengan fakta dan
hasil yang sebenarnya serta mengesampingkan unsur subyektivitas.
Sumber :
http://www.seputarpengetahuan.com/2014/12/8-pengertian-penelitian-menurut-para.html
Salam,
Burhanuddin, Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi,Rineka Cipta, Jakarta: 2000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar